Habib Musthofa abdullah Al-aiydrus

Selamat Datang Di website Kami
مجلس ذكر راتب واسماء الحسنى شمس الشّموس

Mengapa Kita Harus Melanggengkan Berjamaah

Posted by MAJELIS DZIKIR ASMAUL HUSNA RHOTIB SYAMSI SYUMUS KUDUS On Categories:

Rasulullah bersabda:
مَنْ حَافَظَ عَلَى الصَّلاَةِ مَعَ اْلجَمَاعَةِ أَعْطَاهُ اللّهُ خَمْسَ خِصَالٍ : لَمْ يُصِبْهُ فَقْرًا أَبَدًا, يُرْفَعُ عَنْهُ عَذَابُ الْقَبْرِِ, أَمِنَ مِنْ أَهْوَالِ يَومِ الْقِيَامَةِ, يُعْطَى كِتَابُهُ بِيَمِيْنِهِ, يَمُرُّ عَلَى الصِّرَاطِ كَالْبَرْقِ اْلخَاطِفِ
Barangsiapa yang selalu menjaga sشlatnya dengan berjamaah, maka Allah akan memberinya lima hal: tidak pernah terkena kefakiran selamanya, dihapuskan siksa kubur darinya, selamat dari kesusahan pada hari kiamat, diberikan buku catatan amalnya dengan tangan kanan, dan berjalan di atas titian ’shirat’ secepat kilat yang menyambar.
Hadits ini cukuplah bagi alasan kita untuk selalu berjamaah, ke mana atau di manapun kita berada, diusahakan dengan berjamaah. Dengan berjamaah, di samping kita mendapat pahala jamaah, kita juga mendapatkan pahala silaturahim dengan tetangga juga credit point untuk diterimanya salat kita. Imam al-Ghazali dalam kitab Fath al-Mu’in berpendapat bahwa salat sah bila dilakukan dengan khusyuk. Karena itu khusyu’ menjadi syarat keabsahan salat bagi imam. Andai yang dibenarkan Allah terkait dengan hadits yang menyatakan, “Sesungguhnya Allah tidak melihat wajahmu atau jasadmu, tetapi Allah melihat hatimu” adalah pendapat Imam al-Ghazali ini, adakah salat kita yang sah? Berapa banyak salat kita yang sah?
Dalam sebuah komunitas berjamaah, kebutuhan harus khusyu’ bagi masing-masing musholli dapat ditutupi oleh salah satu makmum yang bisa khusyu’. Bila semua makmum tidak ada yang khusyu’, maka kebutuhan khusyu’ semua jamaah dicukupi oleh imamnya. Karena tanggung jawab imam yang berat inilah dalam kitab Kifayah al-Atqiya’ dinyatakan bahwa bila seseorang mengimami orang yang lebih alim maka dia terlaknati. Seandainya imamnya ternyata juga tidak mampu menghadirkan kekhusyu’an, maka kebutuhan khusyu’ bagi seluruh jamaah itu dapat ditutupi oleh fadilah jamaah. Bertolak dari kenyataan ini, dapat kita nyatakan bahwa orang yang selalu salat berjamaah kemungkinan salatnya diterima lebih besar dibanding orang yang salat sendiri.
Berita media massa yang lalu tentang 19 TKI yang dihukum pancung mengejutkan kita. Bayangkan betapa berat usaha para TKI tersebut untuk mengais rezeki hingga harus pergi ke negeri orang. Semasa kita tidak mampu menahan emosi atas kekejaman budaya orang lain, kita melakukan sesuatu yang akhirnya berakibat pada ancaman nyawa kita sendiri.
Orang bepergian ke luar negeri untuk bekerja pasti atas promosi atau cerita orang lain tentang rezeki yang berlimpah. Kita percaya dan kita berangkat ke sana mengais rezeki. Seorang pegawai pemerintah pasti percaya akan jaminan pemerintah bahwa setiap awal bulan akan mendapat rezeki berupa gaji bulanan. Orang yang berpromosi kerja di luar negeri, aparat pemerintah yang menciptakan ketentuan gaji bulanan, mereka semua adalah manusia, makhluk ciptaan Allah. Kepada sesama ciptaan saja kita percaya, tetapi mengapa tidak percaya kepada yang mencipta?
Allah melalui lisan Rasulullah, junjungan kita, sudah menjamin orang-orang yang selalu menjaga jamaah tidak akan terkena kefakiran selamanya, baik faqir hati maupun faqir harta. Mereka yang selalu salat berjamaah diberi kemampuan oleh Allah untuk bersyukur atas nikmat yang diterima. Mereka yang tidak mampu bersyukur adalah orang yang faqir hatinya. Sudah memiliki harta cukup, ingin lebih dengan korupsi. Sudah memiliki isteri yang cantik, masih ingin mencari selingkuhan. Inilah cermin mereka yang faqir hati. Mereka yang selalu menjalani salat lima waktu secara berjamaah dengan kekuasaan Allah tidak akan kekurangan meski tidak kaya. Kalaupun tidak ada harta sedikit pun, maka sewaktu-waktu ada kebutuhan mendesak pasti Allah memberi solusinya.
Sebuah koran memberitakan bahwa para pengusaha atau penjaja seks mengaku menjadi pelopor pertama pemanfaatan teknologi informasi. Begitu ada internet, mereka mampu mencipta situs yang mudah dibeli dan diakses oleh orang di seluruh pelosok dunia. Begitu pula ketika dunia ponsel semakin canggih dengan kemampuan mengirim gambar, mereka menjual gambar atau video porno melalui, dapat dilihat, dan dinikmati dari ponsel. Sementara dakwah Islam tetap kembang kempis. Beberapa pesantren ada yang mulai merambah website, tetapi berapa yang mampu eksis? Kalau dunia kemaksiatan lebih canggih dari amar makruf, mampukah perilaku kita menjamin diri kita bebas dari siksa kubur? Kalaupun mampu terbebas dari siksa kubur, mampukah kita terbebas dari kesusahan dan teror hari kiamat? Mampu pulakah kita menjamin bahwa catatan amal akan kita terima dengan tangan kanan sebagai bukti amal kita diterima? Mampukah kita melampaui jembatan shirat sebagai jalan menuju surga?
Kalau kita selama ini tidak pernah mampu melalui itu semua, mengapa kita meninggalkan jamaah salat? Mengapa masa depan kita tidak kita usahakan dan pastikan dengan selalu berjamaah? Melihat jaminan Allah yang begitu hebat bagi kehidupan dunia dan akhirat, para kyai sepuh bahkan dalam menganjurkan berjamaah sampai berkata, “Kalau perlu membayar orang untuk membantu salat kita agar terhitung jamaah!” Berapapun harta yang kita keluarkan tidak akan sebanding dengan jaminan Allah yang begitu besar dan bernilai.
Ibn Majah meriwayatkan sebuah hadits:
مَنْ سَمِعَ النِّدَاءَ فَلَمْ يَأْتِ فَلاَ صَلاَةَ لَهُ إِلاَّ مِنْ عُذْرٍ
Barangsiapa yang mendengar adzan tetapi ia tidak mendatangi salat (untuk berjamaah) maka ia tidak akan mendapat( kesempurnaan) salat kecuali jika ia udzur.
سُئِلَ ابْنُ عَبَّاسٍ عَنْ رَجُلٍ يَصُومُ فِى النَّهَارِ وَ يَقُومُ اللَّيْلَ لاَيَشْهَدُ جُمْعَةً وَلاَ جَمَاعَةً, قَالَ فِى النَّار
Ibn Abbas ditanya tentang seseorang yang selalu berpuasa pada siang hari dan salat malam tetapi tidak menjalani salat Jumat dan tidak (pernah) berjamaah. Ibn Abbas berkata, “(Dia akan masuk) ke neraka.”
Semestinya cukuplah hadits Rasulullah dan atsar sahabat di atas untuk memotivasi agar kita berjamaah bila kita mengaku muslim dan mukmin. Bila tidak, sepantasnyalah kita bertanya kepada diri kita sendiri adakah keislaman dan keimanan di dalam hati kita? Pantaskah kita disebut orang yang mendekat kepada Allah? Sudahkah kita benar-benar berpasrah kepada Allah? Masing-msing dari kita sendiri yang mampu menjawabnya!

Terbaru

Posted by MAJELIS DZIKIR ASMAUL HUSNA RHOTIB SYAMSI SYUMUS KUDUS On Categories:

Artikel Islam

Posted by MAJELIS DZIKIR ASMAUL HUSNA RHOTIB SYAMSI SYUMUS KUDUS On Categories:

Galeri

Posted by MAJELIS DZIKIR ASMAUL HUSNA RHOTIB SYAMSI SYUMUS KUDUS On Categories:

Barita Acara Majelis

Posted by MAJELIS DZIKIR ASMAUL HUSNA RHOTIB SYAMSI SYUMUS KUDUS On Categories:

Posted by MAJELIS DZIKIR ASMAUL HUSNA RHOTIB SYAMSI SYUMUS KUDUS On Categories:

Hikmah dan Kisah-kisah Teladan

Posted by MAJELIS DZIKIR ASMAUL HUSNA RHOTIB SYAMSI SYUMUS KUDUS On Categories:
Posted by MAJELIS DZIKIR ASMAUL HUSNA RHOTIB SYAMSI SYUMUS KUDUS On Categories:

Alhamdulillah sekarang Majlis Dzikir Asmaul Husna Rotib Syamsi Syumus sudah beredar luas hampir diseluruh wilayah Kudus.

Dengan dipimpin oleh :
- Habib Musthofa Al-aiydrus (Pimpinan Indonesia)
- Habib Mochammad Nagif Assegaf (Pimpinan Kudus)

Download

Posted by MAJELIS DZIKIR ASMAUL HUSNA RHOTIB SYAMSI SYUMUS KUDUS On Categories:

Bantuan Allah Bagi Alwliya’

Posted by MAJELIS DZIKIR ASMAUL HUSNA RHOTIB SYAMSI SYUMUS KUDUS On Categories:

Setelah solat Ashar, Saad bin Abi Waqqas ra berjalan jalan di pasar kota Madinah. Ia menelusuri pasar sampai ke ujungnya. Di sana beliau melewati tempat yang bernama Ahjar Alzait. Tak bererapa lama, ia melihat sekelompok penduduk desa mengerumuni seorang yang sedang menunggangi unta. Ia sangat sombong dan memperlihatkan dirinya bahwa ia adalah seorang pemberani dan pahlawan perang. ia berteriak teriak mengatakan bahwa dirinya lebih hebat dari Ali bin Abi Thalib ra. Bahkan ia menghinanya dengan kata kata yang tidak sopan.

Saad yang kebetulan berada di sana, menanya salah seorang yang sedang berdiri apa yang sebenarnya telah terjadi terhadap diri orang yang sedang menunggangi unta itu.

Mendengar uraian orang trb, saad sangat marah dan langsung menegurnya “apakah kamu tahu siapa Ali bin Abi Thalib itu? Bukankah ia orang yang pertama tama masuk islam? Bukankan ia orang yang pertama tama solat berjamaah bersama Rasulallah saw? Bukankah ia orang yang paling berzuhud? Bukankah ia orang yang paling berilmu? Bukankah ia yang menikahi putrinya Rasulallah? Bukankah ia pemimpin perang? Bukankah ia pembawa bendera Rasulallah dalam peperangnya melawan musuh Allah?”

Kemudian Saad bin Abi Waqqas solat dua rakaat, menghadap ke kiblat dan mengangkat tanganya. Ia berdoa kepada Allah dengan penuh kekhushu’an agar diturunkan kepada orang tadi bala’ dan kutukan Nya.”Ya Allah sesungguhnya orang itu telah meremehkan salah seorang wali dari awliya’ Mu. Perlihatkanlah kekuasanmu di hadapan mereka”. Begitu selesai doa dibacakan, unta yang ditunggangi laki laki tadi berontak sekuat kuatnya, sehingga ia jatuh nyungsep ke bawah. Kepalanya pecah terdampar batu. Akhirnya ia mati seketika di hadapan halayak ramai

Posted by MAJELIS DZIKIR ASMAUL HUSNA RHOTIB SYAMSI SYUMUS KUDUS On Categories:

Manaqib Para Habaib
Al-Habib Imam Abdullah bin Abubakar Alaydrus Akbar ( Shohibur Ratib Alaydrus )
AL-Habib Ahmad Bin Abdullah Alatthos (PENDIRI MAJLIS DZIKIR ASMAUL HUSNAH )
Al-Habib Muhammad Bin Husein Alaydrus ( Habib Neon)
Al-Habib Husein Bin Abu Bakar Alaydrus (Luar Batang)
Al-Habib Umar bin Muhammad bin Hud Alattas(cipayung bogor)
Al-Habib Al-Imam Ali bin Muhammad bin Husin Al-Habsyi ( Simtudduror )
Al-Habib Ahmad Bin Alwi Bin Ahmad Alhaddad (Habib Kuncung)
Al-Habib Abdul Qadir bin Ahmad Bilfagih Al-Alawy
Al-Habib Abdur Rahman as-Saqqaf (Bukit Duri)
Al-Habib Abdullah Asy-Syathiry
Al-Habib Abu Bakar bin Abdurrahman As-Seggaf (As-Sakran)
Al-Habib Abu Bakar bin Husen Assegaf Bangil
Al-Habib Abdullah Ba’alawi Ibnul Ustadzul A’dzam
Al-Habib Abdullah bin Abdul Qadir bin Ahmad Bil Faqih
Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad
Al-Habib Abdullah bin Ali Al-Haddad
Al-Habib Abdullah bin Husain bin Thahir
Al-habib Abdullah bin Muchsin Al-atthas)
Al-Habib Abdurrahman Az-Zahir
Al-Habib Abdurrohman bin Zein bin Ali Al-Jufri
Al-Habib Abu Bakar Al-Aidrus
Al-Habib Abu Bakar bin Abdurrahman As-Seggaf (As-Syakran)
Al-Habib Abu Bakar bin Husen Assegaf Bangil
Al-Habib Abu Muhammad Al-Haddad Al-Yamani
Al-Habib Abubakar bin Ali Shahab

Al-Habib Ahmad bin Abdullah bin Muhsin Assegaf
Al-Habib Ahmad bin Abdullah bin Tholib Al-Athas

Al-Habib Ahmad bin Alwi Bahjadab
Al-Habib Ahmad bin Abdurrahman As-Seggaf
Al-Habib Ahmad bin Hasan Al-Atthas
Al-Habib Ahmad Masyhur bin Thaha al-Haddad
Al-Habib Al-Qutub Abubakar Bin Muhammad Assegaf

Al-Habib Al-Walid Isa bin Muhammad bin Syech Al Qatmyr Al-Kaff
Al-Habib Al-Walid Muhammad bin Alwi bin Husin bin Hood Al-Athas
Al-Habib Ali bin Abdurrahman Alhabsyi
Al-Habib Ali bin Abu Bakar As-Seggaf
Al-Habib Ali Bin Ahmad Bin Zein Aidid
Al-Habib Ali bin Husin Alatas (Habib Ali Bungur)
Al-Habib Ali Ridho bin Musa Al-kadhim
Al-Habib Alwi bin Ali Al Habsyi
Al-Habib Alwi bin Muhammad Alhaddad
Al-Habib Alwi bin Salim Al-Aydrus
Al-Habib Alwi bin Thahir bin Abdullah Al-Haddad (Mufti Johor)
Al-Habib Anis bin Alwi bin Ali Alhabsyi
Al-Habib Hadi bin Abdullah Al-Hadar
Al-Habib Hasan bin Ahmad Baharun
Al-Habib Hasan bin Sholeh Al-Bahr Al-Jufri
Al-Habib Hasan Bin Yahya (Syekh Kramat Jati)
Al-Habib Hassan bin Abdurrahman As-Seggaf
Al-Habib Husain bin Muhammad Al-Haddad
Al-Habib Husein bin Abu Bakar Alhabsyi
Al-Habib Husein bin Abdurrahman Assaqqaf
Al-Habib Husein bin Hadi Al-Hamid
Al-Habib Husein bin Muhammad Al Qadri
Al-Habib Husin bin Abdillah Al-Aydrus
Al-Habib Idrus Bin Salim Al-Djuffri
Al-Habib Muhammad bin Abdullah Alaydrus
Al-Habib Muhammad bin Husein Ba’abud
Al-Habib Ja’far bin Syaikhan Assegaf
Al-Habib Muhammad bin Idrus Alhabsyi
Al-Habib Muhammad bin Salim bin Hafidz
Al-Habib Muhsin bin Umar al-Atthas
Al-Habib Nuh bin Muhammad Al Habsyi
Al-Habib Raihan bin Abdillah Al-’Adani
Al-Habib Salim Bin Hafiz Bin Syaikh Abu Bakar bin Salim
Al-Habib Salim bin Jindan
Al-Habib Sayid Hatim bin Ahmad Al-Ahdal
Al-Habib Sholeh bin Muhsin al-Hamid (Habib Sholeh Tanggul)
Al-Habib Umar Al-Muhdhor
Al-Habib Umar bin Abdurrahman Al-Atthas(Shohiburrotib Al-Haddad)
Al-Habib Umar bin Muhammad bin Hud Al-Attas (Cipayung, Indonesia)
Al-Habib Usman Bin Yahya
Al-Habib Zain bin Abdullah Al-Aidrus
Al-Imam Ahmad Al-Muhajir
Al-Imam Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad
Al-Imam Ali Khali’ Qasam
Al-Imam Ali Shahibud Dark
Al-Imam Ali Zainal Abidin Bin Ali Bin Abi Tholib
Al-Imam Alwi Al-Ghuyur


Manaqib Para Kyai
KH. Raden Asnawi
KH. Arwani Amin
KH. Turaichan Adjhuri Es Syarofi
KH. Sya'roni Ahmadi

Banyak Dzikir, Banyak Kebaikan Dunia Akhirat

Posted by MAJELIS DZIKIR ASMAUL HUSNA RHOTIB SYAMSI SYUMUS KUDUS On Categories:

Diterjemahkan : Sayyidy al-Habib Ahmad bin Novel bin Salim bin Jindan
Sabtu, 25-02-2006, di rumah al-Habib Thohir bin Yahya – Semarang

Sayyidy al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz memulai ceramahnya dengan mengucap syukur pd Alloh Swt yg telah mengumpulkan kita di perkumpulan yang mulia ini, perkumpulan yang penuh dengan rohmat & keberkahan dari Alloh Swt, Alloh Jalajaluh telah menentukan perkumpulan ini sebelum menciptakan alam semesta sehingga kita sekalian di malam hari ini berkumpul di perkumpulan yg mulia ini dengan di bawah naungan keridhoan Alloh Swt, dengan di bawah naungan rohmat Alloh Swt, perkumpulan yang bersambung dengan Nabi Muhammad Saw, perkumpulan di bawah naungan dakwahnya Nabi Muhammad Saw, perkumpulan di bawah ajaran Nabi Muhammad Saw.

Kita berkumpul di malam hari ini, berkumpul berdzikir pada Alloh Swt, mendengarkan ilmu yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw, mendengarkan mempelajari apa-apa yang telah dibawa oleh Nabi kita Nabi Besar Muhammad Saw, kita berkumpul di malam hari ini mendengarkan ilmu, mendengarkan apa yang diajarkan Rosululloh tidak lain agar kita mengamalkan mempraktekkan apa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw.

Perkumpulan kita malam hari ini tidak lain adalah karena keberkahan Nabi Muhammad Saw, kalau bukan karena Rosululloh, kalau bukan karena Nabi Besar Nabi Muhammad Saw kita tidak akan pernah mengenal satu sama lain diantara kita, kalau bukan karena baginda besar Rosululloh Saw kita tidak akan pernah hadir di majlis ini, kalau bukan karena baginda besar Rosululloh Saw kita tidak saling mewasiatkan dengan al-haq washobar satu sama lain ayyuhal ihwan, kalau bukan karena baginda besar Nabi besar Muhammad Saw kita tidak akan pernah memiliki perbedaan dengan orang-orang kafir, orang-orang yang telah ditentukan oleh Alloh untuk jauh dari Alloh Swt, orang-orang yang dilaknat oleh Alloh Swt, akan tetapi lihatlah Alloh Jalajaluh menentukan kita di dalam qodlo’ dan qodar-Nya dijadikan kita sebagai orang-orang beriman di sisi Alloh Swt.

Oleh karena itulah ayyuhal ihwan kita ikuti ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad, kita ikuti ilmu yang dibawa Nabi Muhammad, yang menyerukan ajaran ini adalah Nabi Muhammad, ajaran yang datang dari Alloh Swt, bukan dari pemikiran manusia, bukan dari orang yang sempit pemikirannya akan tetapi ajaran ini, agama ini datang dari Alloh Swt dan ketahuilah: Kemuliaan kita, keagungan kita, kehormatan kita adalah dengan mengikuti ilmu Nabi Muhammad, dengan berpegang teguh dengan ajaran Nabi Muhammad Saw, berpegang teguh pada ajaran yang dibawa Nabi Muhammad, dengan mengikuti jejak yang dibawa Nabi Muhammad Saw.

Perkumpulan kita di malam hari ini tidak lain adalah suatu pertanda dari Alloh Swt, pertanda bahwa Alloh menghendaki untuk kita suatu kebaikkan, ini merupakan perkumpulan kita malam hari ini, pertanda bahwa Alloh Swt akan mengangkat bala’ dari kita sekalian, akan menyucikan hati kita, akan menyinari hati kita dengan cahaya-Nya yang terang benderang, perkumpulan kita di malam hari ini adalah perkumpulan yang penuh keberkahan dari Alloh Swt, walaupun terkadang di malam hari ini kita berkumpul agak malam, akan tetapi walaupun kita agak capek sedikit berkumpul di ini malam, akan tetapi ingatlah nikmat yang diberikan Alloh Swt, sudah sepantasnya kita sebagai hamba untuk berjuang di jalan Alloh Swt, untuk berkorban demi Alloh Swt.

Demi Alloh kalau bukan karena hadits, kalau bukan suatu hadits yang diucapkan oleh Rosululloh Saw, cukup hadits yang diucapkan Rosululloh Saw, di dalam hadits Rosululloh Saw bersabda:
“Di mana mereka orang-orang yang saling mencintai karena Aku (dikatakan oleh Alloh)?”
Di hari kiamat kelak nanti diserukan suatu seruan yang memanggil mereka yang saling mencintai karena Alloh Swt, yang saling menjenguk satu sama lain karena Alloh Swt, yang saling berdzikir berkumpul berdzikir karena Alloh Swt, mereka kelak akan di naungi oleh Alloh Swt di bawah naungan rohmat Alloh Swt. Di hari yang menakutkan, hari kiamat, dimana Alloh Swt mendekatkan matahari sehingga disebutkan matahari didekatkan oleh Alloh Swt di atas kepala manusia satu mill sebagaimana disebutkan oleh Nabi Muhammad Saw, sehingga manusia tertimpa suatu kesusahan yang begitu dahsyat, yang begitu menakutkan, mereka di bawah terik matahari yg panas, mereka dibanjiri oleh air keringat mereka sendiri, sehingga Nabi Muhammad Saw menyebutkan tentang hari kiamat yang begitu dahsyat, orang-orang yg dikumpulkan oleh Alloh Swt di hari kiamat berdesak-desakan satu sama lainnya, diceritakan telapak kaki di atas seribu telapak kaki di bawahnya.

Sebagaimana yang disebutkan oleh Nabi Muhammad Saw bahwa mereka dibanjiri oleh keringat mereka, beberapa orang yang keringatnya sampai ke mata kakinya, beberapa lagi yang sampai ke lututnya, beberapa lagi sampai menutupi hidungnya.

Disebutkan di dalam hadits bahwa Nabi Muhammad ketika membawakan hadits tersebut beliau Saw mengisyaratkan ke hidungnya, beberapa orang sampai ditutupi oleh keringat sampai ke hidungnya, beberapa lagi sampai di atasnya, sampai 70 hasta karena tenggelam oleh keringat. Na’udzubillah mindzalik. Hari yang menakutkan, hari dimana Alloh Swt mengumpulkan al- awwalin wal ahirin, dan ketahuilah di hari yg menakutkan tersebut tidak ada yang mampu memberikan pertolongan dan syafa’at melainkan Nabi Muhammad Saw, Nabi yang agung, Nabi yang mulia di sisi Alloh Swt.

Di dalam hadits, baginda Nabi besar Muhammad Saw, beliau Saw bersabda:
“Aku adalah orang yang pertama kali memohon syafa’at kepada Alloh Swt, dan aku adalah orang yang pertama kali yang diterima syafa’atnya oleh Alloh Swt.”
Dan ini Nabi Muhammad Saw, lihatlah di dalam hadits ini NabiMuhammad Saw mengajarkan agar kita menjalin hubungan dengan Nabi Muhammad Saw, menjalin hubungan yang erat dengan Rosululloh Saw. Dahulu para shohabat Rosulillahi Saw pernah suatu kali mereka berkumpul, berbicara satu sama lain membahas para Nabi-Nabi Alloh, para Anbiya’ Alloh yang diutus oleh Alloh, manusia-manusia yang mulia di sisi Alloh Swt, dan inilah perkumpulan mereka para shohabat Rosulillahi Saw, mereka berkumpul mengingat Alloh, mereka berkumpul mengingat Nabi Muhammad, mereka berkumpul mengingat orang-orang yang dimuliakan oleh Alloh Swt.

Lihat keadaan kaum muslimin sekarang, berbeda dengan keadaan para shohabat Rosulillah, kaum muslimin di jaman kita (mereka) berkumpul mengingat orang-orang yang tidak beriman kepada Alloh, menyebut nama- nama orang yang hina di sisi Alloh Swt, sehingga betapa banyak kaum muslimin yang terpengaruh oleh pemikiran barat, pemikiran orang-orang yg tidak pernah sujud kepada Alloh Swt. Kewajiban kita kaum muslimin, kewajiban kita sekalian ayyuhal ihwan adalah kita menyuburkan keimanan di dalam hati kita, kita tingkatkan keimanan kita pada Alloh Swt, dan sungguh kemuliaan kita, keagungan kita dengan Alloh Swt. Alloh berfirman di dalam al-Qur’an:
“Kemuliaan, keagungan adalah milik Alloh Swt, milik Rosululloh Saw, dan milik mereka yang beriman kepada Alloh Swt, adapun mereka orang-orang munafiqin tidak mengetahui kalau kemuliaan adalah milik Alloh Swt.”

Oleh karena itu ayyuhal ihwan, kita agungkan Alloh Swt, kita agungkan mereka mereka orang-orang yang diagungkan oleh Alloh Swt, muliakan orang-orang yang dimuliakan oleh Alloh Swt. Kewajiban kita mengagungkan Alloh, mengagungkan Rosululloh, mengagungkan para shohabat Rosulillah, mengagungkan para auliya’ Alloh Swt.

Disebutkan ketika pada suatu hari para shohabat Rosulillah Saw berkumpul, mereka menyebutkan tentang keistimewaan para Nabi-Nabi yang terdahulu. Beberapa dari mereka mengatakan:
‘Lihatlah Nabi Ibrohim yang dijadikan oleh Alloh sebagai Kholilulloh (sebagai kekasih Alloh Swt, sebagai orang yang dimuliakan oleh Alloh Swt)!”
Maka beberapa shohabat yang lain mengatakan:
‘Tapi lihat Nabi Musa yang lebih agung yang dijadikan oleh Alloh sebagai Kalimulloh, orang yang bicara langsung dengan Alloh Swt!”
Beberapa lagi mengatakan:
‘Lihat Nabi Isa As yang dijadikan oleh Alloh sebagai Ruhulloh sebagai Kalimatulloh Swt!”
Beberapa lagi mengatakan tentang Nabi Adam yang diciptakan oleh Alloh Swt secara langsung. Ketika mereka sedang menyebutkan keistimewaan para Nabi yang terdahulu, datang kepada mereka Nabi Muhammad Saw, ketika Nabi Muhammad datang pada mereka dan mengucapkan salam kepada mereka, Nabi Muhammad mengatakan kepada mereka, ‘Wahai para shohabatku, kalian berkumpul pada saat ini menyebutkan tentang keistimewaan para Nabi utusan-utusan Alloh Swt, kalian mengatakan bahwa Nabi Ibrohim adalah Kholilulloh dan memang demikian Nabi Ibrohim adalah Kholilulloh. Dan, kalian menyebutkan bahwa Nabi Musa adalah Kalimulloh (orang yang berbicara langsung dengan Alloh, yang bermunajat langsung dengan Alloh) dan memang demikian adanya Nabi Musa sebagai Kalimulloh.

Dan demikian pula dengan Nabi Isa, dengan Nabi Adam As adalah orang yang mulia di sisi Alloh Swt.’
Kemudian Nabi mengatakan kepada mereka,
‘Dan ketahuilah wahai para shohabatku bahwa aku adalah kekasih Alloh Swt, aku adalah habibulloh, aku adalah kekasih Alloh Swt, dan aku orang pertama yang memberikan syafa’at di hari kiamat nanti, dan aku adalah orang yg mulia dari kalangan makhluq yang diciptakan Alloh Swt (aku yang mulia diantara mereka), dan aku adalah orang yang pertama yang mengetuk pintu Surga sehingga aku adalah Nabi pertama yang akan memasuki Surga dan bersamaku orang-orang fuqoro’ dari orang-orang mukminin (orang-orang yg beriman kepada Alloh Swt).’

Lihatlah Nabi Muhammad Saw, bagaimana beliau mengajarkan kita agar kita selalu menguatkan hubungan kita dengan Nabi Muhammad Saw. Alloh dan Rosul-Nya lebih pantas kita agungkan, lebih pantas kita puaskan kalau memang kita beriman kepada Alloh Swt.

Disebutkan oleh Sayyidina al-Habib Umar bahwa perkumpulan kita ini adalah perkumpulan yang insya Alloh membawa keberkahan untuk kita sekalian, kita kelak di hari kiamat akan dibangkitkan oleh Alloh Swt di hari yg menakutkan.

Mengelompokan diri daripada Alloh ke dalam Surga-Nya, dan kelompok akan digiring oleh Alloh Swt ke dalam Neraka Na’udzubillah mindzalik. Oleh karena itulah persiapkan diri kita untuk menghadapi hari kiamat yang menakutkan dengan mensucikan hati kita, dengan menghidupkan syari’at Nabi Muhammad Saw, dengan melaksanakan apa yang diperintahkan Alloh Swt, jauhkan segala larangan Alloh, jauhkan apa-apa yang diharomkan oleh Alloh Swt. Perbuatan yang diharomkan oleh Alloh Swt seperti riba’, seperti ucapan- ucapan yang kotor yang tidak diridhoi Alloh Swt, tinggalkan hal-hal yang dilarang oleh Alloh, melihat hal-hal yang diharomkan oleh Alloh, mata kita…jauhkan mata kita dari maksiat yang diharomkan oleh Alloh Swt!
Agungkan perintah Alloh Swt, agungkan apa yang diperintah oleh Alloh Swt.

Dan, al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz memberikan wasiat kepada kita sekalian agar menjadikan bagian dari al-Qur’an, kita membaca al-Qur’an setiap harinya, jangan kita tinggalkan al-Qur’an yang diturunkan oleh Alloh Swt. Setiap hari kita baca al-Qur’an, setiap hari kita berdzikir kepada Alloh Swt, lihatlah Alloh Jalajaluh berfirman di dalam al-Qur’an:
“Wahai orang-orang yang beriman, ingatlah selalu kepada Alloh, berdzikir kepada Alloh dengan dzikir yang banyak.”
Sebagaimana yang difirmankan oleh Alloh Swt. Pernah sekali baginda besar Nabi Muhammad Saw ditanya oleh beberapa shohabat, “Wahai Nabi Muhammad, mereka orang-orang yang berjihad di jalanmu, siapa diantara mereka yang mendapatkan pahala yang paling besar dari Alloh Swt?”
Maka Nabi Muhammad Saw mengatakan,
“Mereka orang-orang yang berjihad yang paling besar mendapatkan pahala dari Alloh Swt adalah orang yang paling banyak berdzikir kepada Alloh Swt.”
Sehingga beberapa shohabat bertanya lagi kepada Nabi Muhammad, “Wahai Nabi Muhammad, mereka orang-orang yang mendirikan sholat, siapa diantara mereka yang paling banyak mendapatkan pahala dari Alloh Swt?”
Maka Nabi Muhammad menjawab sebagaimana jawabannya yang pertama, beliau mengatakan, “Yang paling banyak mendapatkan pahala dari mereka adalah orang yang paling banyak berdzikir kepada Alloh Swt.”
Beberapa shohabat lagi bertanya kepada Nabi Muhammad, “Wahai Nabi Muhammad, orang yang berzakat, siapa dari mereka yang paling banyak mendapatkan pahala dari Alloh Swt?”
Maka Nabi Muhammad Saw mengatakan,
“Adalah orang yang paling banyak berdzikir kepada Alloh Swt.”
Shohabat bertanya lagi,
“Mereka ya Rosululloh, mereka yang bersedekah di jalan Alloh, siapa diantara mereka yang paling banyak mendapatkan pahala dari Alloh?”
Maka Nabi Muhammad Saw mengatakan,
“Yang paling banyak mendapatkan pahala dari Alloh Swt adalah mereka orang-orang yang paling banyak berdzikir kepada Alloh Swt.”
Ketika mendengar perkataan tersebut, Sayyidina Abubakar, Sayyidina Umar mengatakan kepada Nabi Muhamamad, “Orang-orang yang banyak berdzikir kepada Alloh, mereka kelak memperoleh seluruh kebaikan dunia dan akhirat!”
Maka Nabi Muhammad mengatakan kepada para shohabat-nya, “Memang demikian, mereka orang-orang yang banyak berdzikir kepada Alloh, mereka telah memperoleh seluruh kebaikan dunia dan akhirat.”

Sebagaimana yang disebutkan oleh Nabi Muhammad Saw.
Al-Habib Abdulloh bin Husein bin Thohir, beliau menyebutkan di dalam beberapa perkataannya beliau memberikan kabar gembira kepada orang- orang yang banyak berdzikir kepada Alloh Swt, bahwa bagi mereka keamanan dan keselamatan di dunia dan akhirat dari Alloh Swt. Bahkan disebutkan di dalam hadits Nabi Muhammad Saw bahwa petir tidak akan menyambar orang-orang yang berdzikir kepada Alloh Swt. Di dalam hadits yang lain, disebutkan oleh Nabi Muhammad Saw bahwa seseorang hamba tidak mengerjakan suatu amalan yang mampu menyelamatkannya dari siksa api Neraka yang lebih ampuh daripada dzikir kepada Alloh Swt. Ketika beberapa shohabat datang kepada Nabi Muhammad Saw, beberapa shohabat mengadu, “Ya Rosululloh, syari’at Islam banyak amalannya, aku bingung bagian mana yang harus aku dahulukan? Maka berikan wasiat padaku suatu amalan ya Rosululloh yang aku pegang dengan teguh.”
Maka Nabi Muhammad Saw memberikan kepadanya wasiat agar dia banyak berdzikir kepada Alloh Swt.
Disebutkan lagi, seorang anak dari kalangan shohabat Rosulillah ditawan oleh orang-orang kafir, maka ayah dan ibu dari anak tersebut mengadu kepada Nabi Muhammad Saw, mengadu bahwa anaknya ditawan oleh orang-orang kafir, maka Nabi Muhamamd Saw memberikan wasiat kepada ayah dan ibu dari anak tersebut agar banyak berdzikir kepada Alloh Swt. Dan Nabi Muhammad memberikan suatu dzikir yang berbunyi “Lahawla walaquwata illabillah” agar kedua orang tua tersebut memperbanyak membaca dzikir “Lahawla walaquwata illabillah”, maka sang ayah dan sang ibu membaca “Lahawla walaquwata illabillah” dzikir yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad, setiap waktunya dibaca dzikir tersebut.

Dan Alloh Swt, ketika anak tersebut sedang ditawan kebetulan para penjaga yang mengawasi anak tersebut sedang ketiduran, maka sang anak ini berhasil menyelamatkan dirinya berkat pertolongan dari Alloh Swt, keluar dari penjara! Sehingga dia mendapati orang-orang yang menjaga penjara sedang tertidur maka anak ini kabur, dan di luar melihat onta-onta orang-orang kafir, onta yang dimiliki orang-orang kafir, maka dirampaslah onta-onta tersebut dan dibawa ke kota Madinah. Ketika sampai sang anak, setelah menyelamatkan dirinya dari tawanan orang-orang kafir dengan membawa harta rampasan dari orang-orang kafir, langsung datang ke rumah ayah dan ibunya. Didapati ayah ibunya sedang memperbanyak dzikir membaca “Lahawla walaquwata illabillah” yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad Saw, maka sang anak ini mengetuk pintu rumah orang tuanya.

Ketika dibuka, orang tuanya sangat berbahagia melihat anaknya telah diselamatkan oleh Alloh Swt dengan berkat dzikir yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad Saw.
Oleh karena itulah ayyuhal ihwan, kita perbanyak dzikir kepada Alloh Swt, berdzikir dengan hati yang hadir, dengan kekhusyukan di dalam hati kita, sehingga disebutkan beberapa orang wanita datang kepada seorang wali min auliya’ illah di kota Baghdad, kebetulan wanita ini memohon-mohon kepada wali tersebut agar dituliskan kepadanya, kebetulan salah seorang keluarganya sedang sakit maka ini wanita datang wali min auliya’ illah itu agar dituliskan suatu dzikir yang dicelupkan ke dalam air untuk diminum oleh anaknya atau keluarganya yang sedang sakit. Maka sang wali ini meminta kepada sang wanita tersebut untuk gelas untuk dituliskan di dalam gelas tersebut dzikrulloh Swt yang nanti akan dituangkan air ke dalamnya untuk diminum oleh keluarganya yang sedang sakit. Baru diambil itu gelas, dan ini syeikh ini wali baru memulai menulis nama Alloh, tiba-tiba gelas tersebut pecah karena tidak kuat menanggung nama Alloh Swt. Ini wali menulis dengan hati yang hadir, dengan kekhusyukan di dalam hatinya, baru menulis “La illaha illalloh” di dalam gelas, itu gelas langsung itu pecah, maka ini wali mengatakan kepada wanita itu, “Coba bawakan gelas yang lain untuk aku tulis nama Alloh didalamnya!”
Dibawakan gelas yang lain, baru mulai menulis itu gelas pecah lagi, dan begitu seterusnya beberapa kali dibawakan gelas dan setiap kali ingin ditulis nama Alloh itu gelas langsung pecah, maka sang wali ini mengatakan kepada wanita itu, “Lebih baik engkau wahai wanita pergi kepada orang sholeh yang lain dan mohon do’a kepadanya, karena hatiku ini selalu hadir kepada Alloh Swt, apabila aku berdzikir kepada Alloh, hatiku khusyuk kepada Alloh sehingga setiap kali aku menulis ini gelas akan pecah dan apabila engkau membawakan aku gelas yang ada di seluruh kota Baghdad, semuanya akan pecah tidak akan mampu menahan nama Alloh yang aku akan tuliskan ke dalam gelas tersebut.”
Lihatlah bagaimana orang-orang sebelum kita, ketika mereka berdzikir pada Alloh Swt, dan beginilah sepantasnyalah kita berdzikir kepada Alloh Swt.

Al-Habib Abdulloh bin Alwi al-Haddad, Al-Imam al-Quthb Sayyidina al- Habib Abdulloh al-Haddad, beliau ketika berdzikir kepada Alloh, beliau berdzikir dalam keadaan khusyuk, bahkan di tiap keadaannya beliau selalu dalam keadaan ingat kepada Alloh Swt, dalam keadaan khusyuk sehingga disebutkan ketika beliau akan sholat, beliau selalu memberikan wasiat para sahabatnya agar apabila beliau pergi sholat agar tidak seorangpun berbicara dengannya. Mengapa? Karena ketika beliau akan pergi ke Mushola untuk sholat, beliau sedang mengumpulkan hatinya untuk mengingat kepada Alloh Swt, mengkonsentrasikan hati dan pikirannya untuk mengingat kepada Alloh Swt. Disebutkan bahwa al-Habib Abdulloh al-Haddad pernah sekali ketika ingin sholat di suatu Mushola atau di suatu Masjid, ketika beliau mengucapkan takbirotul ihrom, tembok yang ada di depannya langsung terbelah karena wibawa nama Alloh Swt yang diucapkan al-Habib Abdulloh bin Alwi al Haddad. Dan inilah para auliya’ Alloh, orang-orang yang sebelum kita ketika mereka berdzikir kepada Alloh Swt.
Dan al-Habib Umar di akhir ceramahnya, beliau memberikan do’a kepada kita sekalian, beliau berdo’a dengan do’a yang insya Alloh dikabulkan oleh Alloh Swt. Beliau menyebutkan ketika beliau berdo’a, beliau mengatakan apabila salah seorang dari kita, bahkan apabila seseroang dari ujung bumi dia berjalan merangkak untuk menghadiri do’a yang dibaca ini maka memang sudah sepantasnya dia berjalan merangkak walaupun dari ujung dunia karena insya Alloh do’a kita dikabulkan oleh Alloh Swt, dan al-Habib Umar mendo’akan kepada kita sekalian agar majlis kita ini diberikan keberkahan oleh Alloh Swt, dan dijadikan majlis kita ini majlis yang bersambung dengan Nabi Muhammad Saw, do’a yang bersambung dengan do’a Nabi Muhammad, majlis yang bersambung dengan majlis Nabi Muhammad Saw.

Ini sedikit yang bisa saya (*) terjemahkan dari apa yang saya (*) fahami dari ceramahnya Sayyidina al-Habib Umar, mudah-mudahan apa yg kita dengar membawa manfaat untuk kita sekalian, wassholollohu ala sayyidina Muhammadin, wa ala alihi washohbihi wassalam, walhamdulillahirrobbil alamin.